Selasa, 15 April 2014

IBU DAN PENDIDIKAN AKHLAK







IBU DAN PENDIDIKAN AKHLAK
Teladan
pertama yang dilihat oleh seorang anak adalah ibunya. Anak akan sangat
mencintai ibunya-bagaimanapun juga- ia akan mengembalikan sikapnya dan
bertindak untuk membuat ibunya bahagia, sehingga memungkinkan si anak untuk memenangkan
cintanya dan mendapatkan restu dari ibunya. Tentunya si anak akan menghindari
dari sikap yang tidak menyenangkan ibunya (sikap yang dapat membuat ibunya
murka) dan berakibat hilangnya cinta dan restunya.
Maka
seorang anak akan mengendalikan sikap dan prilakunya sesuai dengan nilai-nilai
akhlak/teladan yang didapatnya dari kepribadian ibunya. (Karena buah jatuh  tidak  jauh dari pohonnya).  Segala sesuatu yang diyakini oleh ibu untuk
menjadi baik, 9baik-baik saja), bagus, dan jujur tergantung dan kembali pada
seberapa idealnya / seberapa teladannya ia (ibu), ini adalah awal permulaan isi
perasaan  dan kepuasan bathin dari moral/
sikap anaknya. Secara bertahap anak akan mengetahui dengan sendirinya bahwa
ridho/restu - tidaknya orang tua itu akan didapatkannya melalui seberapa
baik/sempurnanya sikap yang ditunjukkan oleh si anak (Oleh seorang yang
tercinta yang dimiliki ibunya, yaitu anaknya).Kemudian si anak, akan merubah diri,
dari kepribadian ibunya menjadi sesosok yang ideal/ sempurna (dari dirinya
sendiri). Kemudian ia (si anak) akan menemukan bahwa keteladanan itu juga bisa
didapatnya dari para gurunya dan orang tua lainnya, dan pada hakikatnya dari
seluruh jajaran individu di kalangan masyarakat.
Semakin
seorang ibu itu mencintai anaknya, maka si anak akan semakin cinta dan
mengagumi sosok ibunya, dan itu akan memudahkan seorang ibu untuk memberikan
(menanamkan)  kesan dan pandangan kepada
anak tentang Tuhannya dan dunia secara global. Kemudian, sesering mungkin
seorang ibu untuk mengatakan (menjelaskan) bahwa Tuhan itu menyukai segala
perbuatan yang baik, seperti patuh dan taat kepada orang tua dan guru, bersikap
ramah dan dermawan, pemberani (PD), 
dapat dipercaya, adil, jujur, tekun, selalu mengerjakan kewajiban,
bersih, taat pada aturan dan lain sebagainya. Maka itulah sosok seorang ibu yang
mampu melakukan hal  yang terbaik.
Jika
seandainya seorang ibu tidak ada dalam / pada dirinya keyakinan terhadap Tuhan
(jika ibu tidak beribadah/ mengabdikan diri pada Tuhan), dan ia tetap
menyuruh/memerintahkan anaknya untuk berbuat baik demi menjaga kebaikan, dan
bersikap ramah untuk menjaga keharmonisan, (sedangkan seorang ibu itu tidak
melaksanakannya dan hanya menyuruh saja kepada anaknya), maka perlakuan si ibu
yang demikian akan berakibat fatal/ rugi dan merugikan/ susah dan menyusahkan
terhadap perkembangan moral /akhlak si anak. (maka salah satu akibatnya si anak
tidak akan mendengarkan kata-kata si ibu lagi).




Kamis, 23 Januari 2014

Yang Kita Sia-siakan



Yang Kita Sia-siakan
Pengetahuan yang Kita miliki
Sia-sia karena tak diamalkan

Perbuatan yang kita lakukan
Sia-sia karena tidak disertai rasa  ikhlas

Perjuangan yang kita lakukan 
Sia-sia karena tidak ada tujuan yang jelas

Pengorbana yanh kita buat
Sia-sa karena mengharapkan pujian

Marah yang kita lampiaskan
Sia-sia karena dilandasi emosi bukan rasio

Cinta yang kita berikan
Sia-sia karena dilandasi syahwat semata

Kekayaan yang kita dapatkan
Sia-sia  karena hanya untuk kepentingan pribadi

Kegagalan yang kita alami
Sia-sia karena dijadikan alasan keputus asaaan

Musibah yang kita jumpai
Sia-sia karena  tidak menjadikan kita semakin kuat

Kesuksesan yang kita raih
Sia-sia karena membuat kita semakin sombong

Anugerah yang kita dapatkan
Sia-sia karena tidak kita syukuri

Pelajaran dan Peringatan yang kita dengar atau baca
Sia-sia karena hanya melintas di pikiran
                                                                                                     Tafakur, November 2013